KITA SEMUA ADALAH PARA PENCARI PERHATIAN
Lo pasti tahu Fesbuk? Instagram? Twitter? Atau lo punya semuanya?
Gue yakin hampir semua orang punya semuanya, minimal salah satunya. Gue tidak membicarakan hal
ini dari sisi bagus atau positifnya, kita semua sudah tau kok sisi bagusnya dari kegunaan sosial media itu, sumber informasi salah satunya, tapi gue juga tidak membicarakan hal-hal buruk dari
sosial media ini. Gue hanya mau bahas hal -hal yang
membuat kita bisa menjadi begitu terbuka ketika bersosial media, begitu ingin mendapatkan perhatian, bahkan dengan orang yang sama sekali
belum kita kenal dan belum pernah ketemu sekali pun. Yap ini jaman di mana kita semua menjadi attention seeker freak. Si Gila Pencari Perhatian.
Kita membuat diri kita begitu open sama semua orang,
kita membuat diri kita begitu mudahnya dibaca sama semua orang, supaya apa pemirsa? Dapet perhatian, ya betul sekali.
Lagi sakit, lagi kecewa, lagi marah, lagi patah hati, lagi jatuh cinta, lagi bête ampe lagi batuk, lagi mencret dan seterusnya, semua di-update. Lagi banyak duit, lagi liburan ke luar negeri, lagi makan di café mahal, lagi nonton bioskop, lagi ke Bali, lagi ke pasar induk, semua diposting. Lagi sholat, lagi ngaji, lagi nyium Hajar Aswad, lagi keliling Ka’bah, lagi ibadah, selfie duluuuuu. Lagi berantem sama pacar, lagi dimarahin bokap nyokap, lagi kepeleset masuk got, lagi digebukkin massa karena ketauan nyopet, ini ga ya? Hehehe.
Yang lebih miris, foto
diri lagi semi telanjang atau bahkan telanjang ikut diposting juga. Lagi ciuman, lagi pelukan atau di kasur sama pacar yang belum sah juga dipajang. Biar apa coba? Lagi-lagi ya dapet perhatian. Kadang gue suka mikir apa mereka ga takut gitu ya kalau di antara yang lihat itu ada yang psycho? Lalu menjadikan
foto telanjang atau semi lo itu sebagai bahan fantasi liarnya? Atau foto itu diambil buat melakukan hal-hal tidak semestinya atau tindak kriminal gitu? Yah ini mah pikiran gue aja sih, mungkin lo ga mikir gitu.
Tapi tenang, bukan lo aja
kok yang kayak gitu, gue juga. Kenapa ya gue pengen semua orang tau apa yang sedang gue rasakan, gue lihat, gue alami dan gue denger?
Tujuannya apa? Mungkin
ini, kita pengen mereka tahu kalo kita sudah sukses sekarang, atau kita pengen
dapet pengakuan, atau pengen dapat empati dan simpati dengan permasalahan yang
kita statusin, atau kita pengen dapat dukungan dan rasa perlindungan dari friendlist/follower
kita? Mungkin loh itu tujannya. Meski kita sebetulnya paham bahwa orang–orang
di sosial media itu tidak sepenuhnya perduli, kebanyakan mereka hanyalah ‘curious’ atau kepo
dengan kehidupan orang lain saja.
Kenapa ya kita semua senang mencari perhatian? Karena pada dasarnya mendapatkan perhatian seperti postingan kita di-like, di-komen/dapat dukungan atau di-share/di-retweet itu memberikan rasa candu yang nagih untuk ego kita. Feed your ego Folks! Gitu kata para pembuat aplikasi sosmed hehehe. Yas, kita semua begitu. Ego kita semua butuh diberi makan oleh perhatian dari orang lain. Ada kebanggaan tersendiri kalau banyak orang yang kasih perhatian (like, love, retweet, reply) apalagi sampai viral! Wow! Bukankah menjadi viral adalah cita-cita kita semua wahai netijen?
Bukannya tidak boleh berbagi foto–foto pribadi,
apalagi bila niatnya baik yaitu ingin memberi contoh agar orang lain juga taat beribadah misalnya (hmmmm, really?) Ya hak semua orang juga untuk mengatakan atau memposting
apa pun, orang itu fesbuk-fesbuk lo, IG–IG lo, Twitter-Twitter lo, ya bebas sih lo mau ngupdate
apapun soal diri dan hidup lo.
Kenapa? Karena fakta pertama, ga semua orang perduli dengan apa yang terjadi sama diri lo. Akan lebih menyakitkan bila postingan kemalangan lo malah mendapatkan komen negatif, menyudutkan atau di belakang lo mereka malah mensyukuri kesusahan yang sedang lo alami itu? Siapa yang tahu. Sekadar info nih, sosial media adalah tempat di mana orang yang ga suka sama elo alias “musuh” yang lo ga sadari lebih sering berkunjung untuk melihat dan memantau diri lo dibanding temen -temen lo sendiri. So you better watch out Baby!
Dan yang memprihatinkan, ada lagi postingan atau status yang memaki orang lain, menghina orang lain, menjelek–jelekkan kelompok lain, pamer kalau dirinya yang paling benar sampe nyebarin hoaks. Aduduh. Apakah dengan menghina, memaki atau menjelekkan orang lain, membuat dirimu menjadi lebih baik gitu? Kan belum tentu Maemunah. Menghina orang, memaki orang, menjelekkan orang atau nyebar aib orang itu hanya menunjukkan kepribadianmu yang sebenarnya. Gue sih males temenan sama orang kek gini.
Ada yang bilang, Bro
kalau ada orang yang doyan pamer di sosmed ya ga usah dilihat, gampang kan? Atau
lo unfriend aja, atau lo block aja kalau komennya ga enak. Betul sih, memang semudah itu, tapi sebetulnya ga semudah itu juga sih, kalau komennya sudah sempet dibaca dan membuat lo sakit hati, piye? Atau yang
gawatnya, komennya sudah membuat temen–temen lo yang lain jadi ikutan membenci dan antipati? 'Kan jadi rumit ya, hehehe.
Sebetulnya masalahnya ga
selesai hanya dengan “Ga usah dilihat postingannya,” atau
remove/unfriend/delcont/block, masalahnya sebetulnya ada di diri kita sendiri. Masalahnya gimana
kita bisa menggunakan sosial media ini untuk menjadi orang yang lebih baik,
menjadi manusia yang lebih bertanggung jawab, menjadi teman yang peka dengan
kondisi teman-teman lainnya. 'Tul ngga? Cakep yak bahasa gue udah kayak motivator-motivator di tipi hehehe.
Jadi kesimpulannya, silahkan bersosial media dan memposting apa pun yang lo mau tapi jangan biarkan
sosial media membuat diri kita jadi orang yang ga peka dan kehilangan
nilai-nilai sisi sensitivitas kita sebagai manusia hanya karena mau cari perhatian. Sepakat?
Komentar
Posting Komentar
Terimakasih telah membaca. Semoga harimu baik dan senang.