FALL MOVIE (2022) PENGIDAP AKROPOBIA JANGAN NONTON FILM INI.
Menonton film ini karena tertarik melihat poster filmnya yang sensasional, kamu setuju ‘kan kalau posternya memang sensasional? Posternya menyiratkan akan seperti apa filmya dan pas dengan judul filmnya. Lihat poster filmnya aja sudah bikin cemas, apalagi nonton filmnya, begitu kata pikiranku. Maka aku memutuskan untuk nonton. Jujur saja aku punya akropobia dan anehnya kalau berada di tempat tinggi itu suka pengen lompat ke bawah ga tau kenapa, karena itu aku lebih baik menjauh dari ketinggian. Kalau pun harus ke tempat tinggi aku memilih tidak berada di pinggirnya, hiiiii.
Dan
betul saja film ini -seperti posternya- menceritakan tentang dua sahabat yang
terjebak di puncak menara radio yang tingginya dua kali lipat dari Menara
Eiffel tanpa pengaman! Hiiii! Dari pembukaan flmnya aja udah nunjukkin soal
ketinggian, kita bisa lihat para karakter utama sedang manjat tebing yang
tinggi. Ya salam, belum-belum udah dibikin keringetan dan film ini … ya betul membuatku
auto keringetan di telapak tangan dan membuat jari-jari kaki cenat-cenut sepanjang
melihat aksi-aksi duo sahabat itu bergantungan atau bertahan hidup di ketinggian.
Bukan salah filmnya, ‘kan sudah jelas dari judul dan poster filmnya yang
mengandung unsur-unsur ketinggian, masa lo mau lihat orang pada botram di sini?
Wkwkwk.
Jadi,
film ini adalah sebuah ketegangan yang murni bagi para orang-orang yang takut
ketinggian hehehe.
SPOILER
ALERT!!
Alur ceritanya mudah diikuti karena menurutku film ini memang bertumpu hanya pada kecemasan dan ketegangan saat melihat aksi dua sahabat -Becky dan Hunter- menaiki menara tinggi itu. Unsur dramanya sebagai pelengkap cerita saja kalau ga mau dibilang hanya untuk manjang-manjangin durasi hehehe. “Kejutan” soal Hunter yang ternyata sudah mati itu sebetulnya ga ketebak sih tapi setelah dipikir-pikir, kok mirip film “47 Meters Down” ya? Tapi ya sudahlah.
Adegan-adegan
yang membuat deg-degan di “monster” setinggi 600 meter ini memang patut
diacungi jempol, meski aku tahu pasti sebagian dari adegannya dilakukan dengan
CGI tapi caraku dalam menikmati film adalah melupakan dulu soal CGI sehingga terbawa
dengan suasana filmnya. Suara angin yang menderu-deru, gunung-gunug di
kejauhan, jalanan di bawah yang hanya terlihat seperti cacing kecil, burung
pemakan bangkai yang berputar-putar di langit menunggu untuk menghabisi mereka,
menyempurnakan ketinggian itu. Sungguh membuatku berkeringat habis saat melihat
Becky dan Hunter bergantungan hanya dengan seutas tali mencari cara untuk
mereka bisa turun dari menara dan bertahan hidup di menara setelah tangga yang
mereka naiki hancur berantakan.
Dan
adegan saat Becky harus naik lagi ke tiang kecil untuk mengisi ulang batere drone-nya, ini kurang ajar banget
tegangnya, Beuh ini yang bikin darah berdesir-desir cepat, jari-jari kaki makin
cenat-cenut dan telapak tangan berkeringat eh ditambah burung pemakan bangkai gangguin
si Becky pula, ‘kan kita yang nonton makin cemas ya hahaha.
Sayangnya
ending filmnya terasa terburu-buru serta ada beberapa kurangnya tapi buat pencinta
ketinggian, ini film pas buat kalian, cuma pesenku, untuk dapetin
ketegangannya, lupain soal CGI. Buat yang memiliki akropobia sebelum nonton
harus siapin mental dengan gambar-gambar ketinggian ya tapi sekadar info,
anehnya setelah menonton film ini membuatku menghela nafas lega, kayak aku yang
baru saja berada di menara itu dan berhasil menaklukkan kepobiaanku sendiri hahaha.
Sebuah film yang sangat menarik, tegang dan wajib tonton kalau mau mencari tema
film yang berbeda.
Berharap kalau saja film-film seperti ini bisa laku di Indonesia maka film Indonesia tidak didominasi film horor melulu, ya meski tahun ini sudah ada beberapa film Indonesia bukan horor yang box office, tapi aku rasa, kita masih kurang pilihan varian film lebih banyak lagi.
Rating : 7,8 / 10
Komentar
Posting Komentar
Terimakasih telah membaca. Semoga harimu baik dan senang.